Rasanya baru kapaaan gitu dibikin, ternyata pas diliat tanggal file-nya
udah dari taun 2004. Pas baca jd mikir, noraknya gaya nulis gw ternyata
mpe sekarang belum ilang2 jg hehehe.... Just another file lama yg dulu
dibikin buat tugas pelatihan penulisan. Pengen aj ditaruh di sini,
daripada ilang.
~*~*~*~*~*~*~
"Bernas" Dadakan di Ruang Pemred WI
"Hah? Sekarang? Ketikan belum selesai, ada yang harus diprint, baru saja selesai rapat, sebentar lagi ada janji, katanya nanti ada rapat lagi? ... aduh, daftar pertanyaannya mana?"
Memang, mulai bulan ini kami seharusnya mengikuti kursus pelatihan penulisan. Sempat beberapa kali tertunda, berkat padatnya kesibukan di kantor, terutama karena adanya persiapan perubahan format penyajian halaman, demi kepuasan Pembaca Tabloid Wanita Indonesia. Latihan Penulisan yang kami ikuti juga ditujuan untuk meningkatkan kualitas hasil tulisan kami semua, yang berhubungan erat dengan kepuasan pembaca. Memang penting, tapi... mendadak seperti ini?
Setengah berlari aku menuju ke ruang kerja mbak Donna, setelah mampir untuk menyambar hasil print dari sebelah meja kerja mbak Ita. "Lho, ada Luki & Chika?" Bangku di antara Budi Hartono dan Bamby masih kosong. Setelah sok sibuk cengar-cengir seperti biasa, aku langsung duduk dan mempersiapkan alat tulis yang akan kugunakan.
Kuhirup napas dalam-dalam. "Wanginya familiar!" Kepanikan dan ketegangan yang kurasa berlahan surut. Aku pun teringat hangatnya teh seduhan mbak Wati yang khas. Ternyata aroma tersebut berasal dari wadah berisi bunga melati yang berada di atas meja bundar, tepat di hadapan kami semua.
Langsung di bawah asuhan Pemred, hari ini kami belajar mengenai teknik penulisan artikel efektif yang memenuhi kriteria 5 W dan 1 H. Awalnya kukira latihan penulisan yang kami ikuti akan terasa seperti kuliah grammar atau penulisan di kampus Sastra dulu. Intinya memang mirip, tapi mbak Donna menyampaikannya dengan cara yang berbeda. Rasanya seperti sedang berdiskusi, bukan kursus. Mulai dari Budi H, Hendro, Chika dan aku sendiri, semua mendapat giliran untuk mengajukan pendapat dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh mbak Donna. Hanya Lucky yang lebih banyak diam, meskipun Bamby bahkan sempat maju dan menggambar di white board, demi untuk "menciptakan" alat bantu peraga yang mempermudah imajinasi dan pemahaman kami dalam mengikuti uraian tentang pembuatan judul.
Well, mungkin pendapatku tentang kursus pelatihan penulisan dadakan di hari Rabu tersebut lumayan mirip dengan bayanganku mengenai istilah "bernas" yang sebenarnya belum cukup kupahami sebelum mengikuti kursus tersebut. Yaitu, sesuatu yang bersifat serius, tapi tetap ceria. d3wi
~*~*~*~*~*~*~
"Bernas" Dadakan di Ruang Pemred WI
"Hah? Sekarang? Ketikan belum selesai, ada yang harus diprint, baru saja selesai rapat, sebentar lagi ada janji, katanya nanti ada rapat lagi? ... aduh, daftar pertanyaannya mana?"
Memang, mulai bulan ini kami seharusnya mengikuti kursus pelatihan penulisan. Sempat beberapa kali tertunda, berkat padatnya kesibukan di kantor, terutama karena adanya persiapan perubahan format penyajian halaman, demi kepuasan Pembaca Tabloid Wanita Indonesia. Latihan Penulisan yang kami ikuti juga ditujuan untuk meningkatkan kualitas hasil tulisan kami semua, yang berhubungan erat dengan kepuasan pembaca. Memang penting, tapi... mendadak seperti ini?
Setengah berlari aku menuju ke ruang kerja mbak Donna, setelah mampir untuk menyambar hasil print dari sebelah meja kerja mbak Ita. "Lho, ada Luki & Chika?" Bangku di antara Budi Hartono dan Bamby masih kosong. Setelah sok sibuk cengar-cengir seperti biasa, aku langsung duduk dan mempersiapkan alat tulis yang akan kugunakan.
Kuhirup napas dalam-dalam. "Wanginya familiar!" Kepanikan dan ketegangan yang kurasa berlahan surut. Aku pun teringat hangatnya teh seduhan mbak Wati yang khas. Ternyata aroma tersebut berasal dari wadah berisi bunga melati yang berada di atas meja bundar, tepat di hadapan kami semua.
Langsung di bawah asuhan Pemred, hari ini kami belajar mengenai teknik penulisan artikel efektif yang memenuhi kriteria 5 W dan 1 H. Awalnya kukira latihan penulisan yang kami ikuti akan terasa seperti kuliah grammar atau penulisan di kampus Sastra dulu. Intinya memang mirip, tapi mbak Donna menyampaikannya dengan cara yang berbeda. Rasanya seperti sedang berdiskusi, bukan kursus. Mulai dari Budi H, Hendro, Chika dan aku sendiri, semua mendapat giliran untuk mengajukan pendapat dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh mbak Donna. Hanya Lucky yang lebih banyak diam, meskipun Bamby bahkan sempat maju dan menggambar di white board, demi untuk "menciptakan" alat bantu peraga yang mempermudah imajinasi dan pemahaman kami dalam mengikuti uraian tentang pembuatan judul.
Well, mungkin pendapatku tentang kursus pelatihan penulisan dadakan di hari Rabu tersebut lumayan mirip dengan bayanganku mengenai istilah "bernas" yang sebenarnya belum cukup kupahami sebelum mengikuti kursus tersebut. Yaitu, sesuatu yang bersifat serius, tapi tetap ceria. d3wi
Komentar
Posting Komentar