Setelah kekasihnya berselingkuh, dan kemudian meninggalkannya, wajar jika Mega (bukan nama sebenarnya) merasa sedih, tapi ia berpikir jika apa yang terjadi merupakan petunjuk yang membuktikan bahwa pria tersebut bukanlah pasangan yang tepat untuknya, dan bahwa tidak lama lagi dia akan mendapatkan kesempatan untuk dapat bertemu dengan pria lain yang jauh lebih baik untuknya. Sedangkan saat mengalami hal yang sama, Nia (juga bukan nama sebenarnya) justru memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Dalam menghadapi situasi yang sama, salah seorang diantara mereka memilih untuk menerima keadaan yang terjadi untuk kemudian melanjutkan kembali perjalanan kehidupannya, sementara yang lain memilih untuk mengakhirinya, karena salah satu dari mereka melihat adanya hal yang positif dari kejadian yang dialaminya, sementara yang lain memandangnya dari sudut pandang yang berbeda.
Masing-masing dari kita sendiri lah yang menjadi penentu dari setiap keputusan yang kita ambil dalam setiap kesempatan, selama kita menjalani kehidupan ini. Menurut Abraham Lincoln, "Most people are about as happy as they make up their minds to be." (Kebanyakan orang pada dasarnya sebahagia apa yang mereka pikirkan). Artinya, bukan apa yang terjadi pada diri kita dalam kehidupan ini yang menentukan kebahagiaan yang kita rasakan, tapi cara yang kita gunakan dalam menanggapi apa yang terjadi.
Merasa selalu bahagia mungkin bukan merupakan hal yang mudah, dan juga merupakan salah satu tantangan terbesar yang kita hadapi dalam kehidupan ini, yang perlu kita usahakan dengan segala bentuk potensi yang kita miliki. Bersikap dewasa berarti bertanggungjawab atas kebahagiaan yang kita rasakan, dan memilih untuk memfokuskan perhatian kepada apa yang kita miliki, dan bukan apa yang tidak kita miliki.
Tidak ada orang lain yang berhak menentukan apa yang kita pikirkan, karena kita sendiri yang bisa melakukannya. Untuk dapat merasa bahagia, kita perlu memusatkan perhatian kepada hal-hal yang membahagiakan. Seberapa sering kita justru memikirkan hal-hal yang sebaliknya? Seberapa seringnya kita mengabaikan hal-hal baik yang disampaikan kepada kita dan justru terlalu banyak memikirkan tentang hal-hal yang tidak menyenangkan, bahkan hingga selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun kemudian? Membiarkan pengalaman atau hal-hal yang tidak menyenangkan menguasai pikiran kita hanya akan membuat kita harus berhadapan dengan konsekuensinya.
Apakah pada saat ini Anda merasa sedih, sakit hati, kesepian, putus asa, atau hal-hal yang lain yang tidak membahagiakan? Pernahkah Anda berpikir bahwa pada suatu saat nanti Anda ingin menjadi orang yang bahagia? Jika memang demikian, mengapa harus menunggu hingga nanti, jika Anda bisa memulainya pada saat ini juga?
Dalam menghadapi situasi yang sama, salah seorang diantara mereka memilih untuk menerima keadaan yang terjadi untuk kemudian melanjutkan kembali perjalanan kehidupannya, sementara yang lain memilih untuk mengakhirinya, karena salah satu dari mereka melihat adanya hal yang positif dari kejadian yang dialaminya, sementara yang lain memandangnya dari sudut pandang yang berbeda.
Masing-masing dari kita sendiri lah yang menjadi penentu dari setiap keputusan yang kita ambil dalam setiap kesempatan, selama kita menjalani kehidupan ini. Menurut Abraham Lincoln, "Most people are about as happy as they make up their minds to be." (Kebanyakan orang pada dasarnya sebahagia apa yang mereka pikirkan). Artinya, bukan apa yang terjadi pada diri kita dalam kehidupan ini yang menentukan kebahagiaan yang kita rasakan, tapi cara yang kita gunakan dalam menanggapi apa yang terjadi.
Merasa selalu bahagia mungkin bukan merupakan hal yang mudah, dan juga merupakan salah satu tantangan terbesar yang kita hadapi dalam kehidupan ini, yang perlu kita usahakan dengan segala bentuk potensi yang kita miliki. Bersikap dewasa berarti bertanggungjawab atas kebahagiaan yang kita rasakan, dan memilih untuk memfokuskan perhatian kepada apa yang kita miliki, dan bukan apa yang tidak kita miliki.
Tidak ada orang lain yang berhak menentukan apa yang kita pikirkan, karena kita sendiri yang bisa melakukannya. Untuk dapat merasa bahagia, kita perlu memusatkan perhatian kepada hal-hal yang membahagiakan. Seberapa sering kita justru memikirkan hal-hal yang sebaliknya? Seberapa seringnya kita mengabaikan hal-hal baik yang disampaikan kepada kita dan justru terlalu banyak memikirkan tentang hal-hal yang tidak menyenangkan, bahkan hingga selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun kemudian? Membiarkan pengalaman atau hal-hal yang tidak menyenangkan menguasai pikiran kita hanya akan membuat kita harus berhadapan dengan konsekuensinya.
Apakah pada saat ini Anda merasa sedih, sakit hati, kesepian, putus asa, atau hal-hal yang lain yang tidak membahagiakan? Pernahkah Anda berpikir bahwa pada suatu saat nanti Anda ingin menjadi orang yang bahagia? Jika memang demikian, mengapa harus menunggu hingga nanti, jika Anda bisa memulainya pada saat ini juga?
Komentar
Posting Komentar